Sabtu, 28 Maret 2009

WISATA RELIGI DI JEPARA


Mantingan adalah salah satu desa di Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Desa yang terletak empat kilometer arah selatan pendopo Kabupaten Jepara itu memiliki Masjid Mantingan. Masjid yang dibangun 1481 tahun Saka atau 1559 Masehi oleh Sultan Hadlirin ini menjadi spektrum kuat bagi kebesaran Islam di pesisir tanah Jawa dan merupakan masjid tertua kedua (setelah Masjid Agung Demak).

Selain bangunan masjid, di Mantingan juga ada makam Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin. Terdapat pula makam waliullah Mbah Abdul Jalil (nama lain dari Syekh Siti Jenar)

Dari sisi pendirian, Masjid Mantingan berarsitektur sangat unik. Terbukti dari relief-relief bangunan masjid. Percampuran kultur Hindu sangat kental mewarnai perkembangan budaya masyarakat saat itu, yang terlihat dari motif-motif ornamen hiasan masjid.

Banyaknya ornamen relief itu menunjukkan hasil karya seni berkualitas tinggi. Misalnya, motif kijang, gajah, dan kera terukir sangat halus pada batuan sejenis kapur yang keras. Ada juga relief Ramayana, dengan tokoh Hanoman, Rama, dan Shinta. Pengaruh budaya Hindu lain adalah gapura yang bernama candi bentar.

Gapura itu semula melintang di jalan antara Mantingan-Sukodono, hingga menembus Pasar Ngabul, Kecamatan Tahunan. Pesatnya industri mebel ukir menjadikan jalan desa itu menjadi jalan raya kabupaten yang juga dilalui kendaraan besar, termasuk truk-truk pengangkut kayu bahan baku industri mebel.

Masjid peninggalan Raden Toyib (nama dari Sultan Hadlirin) itu pernah dipugar Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Tengah. Saat itu ditemukan ornamen pada dinding bagian dalam masjid. Ornamen berjumlah banyak itu beberapa di antaranya dipasang di tembok serambi masjid. Sisanya, disimpan di gudang masjid, di Museum Kartini Jepara, dan di Museum Ronggowarsito Semarang.

Masjid dan makam Mantingan itu dapat menjadi tujuan wisata religi di Jepara. Namun, masjid hanya ramai setiap malam Jumat Wage, Ramadhan, dan saat ritual Ganti Luwur (kelambu) pada 17 Rabiulawal, sehari sebelum peringatan HUT Jepara.

Perlu kerja sama berbagai pihak mulai pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten agar Mantingan menjadi bangunan bersejarah yang senantiasa ramai pengunjung setiap hari. Semoga.

PEMERINTAHAN DI JEPARA

Era Pemerintahan Cetak E-mail
Pimpinan Pemerintah Jepara Sejak Abad XV
Jepara sebagai “KOTA TUA” memiliki lintasan sejarah atau era dalam kurun waktu yang dimulai sejak munculnya pemerintahan pertama kalinya pada tahun 1470 di bawah Rajanya yang bernama Aryo Timur dan terus berlanjut sampai sekarang, dengan berbagai tingkat pemerintahan yang berbeda sesuai dengan kurun waktu yang dilewati selama lebih dari 5 abad ini.

Secara kronologis dapat disusun lintas sejarah ini dalam era kurun waktu sebagai berikut:

  1. Era Kerajaan Majapahit

  2. Era Kerajaan Demak

  3. Era Kerajaan Jepara

  4. Era Kerajaan Mataram

  5. Era Kompeni/Hindia Belanda

  6. Era Pemerintahan Militer Jepara

  7. Era Republik Indonesia

I. ERA KERAJAAN MAJAPAHIT
(Tahun 1470 s/d 1478)

Bahwa pemerintahan pertama di Jepara tercatat atas nama Aryo Timur pada tahun 1470. beliau berasal dari Kalimantan yang berdagang ke Malaka dan selanjutnya pindah ke Jepara dan menjadi penguasa di Jepara sebagai Raja. Dibawah kekuasaannya, Jepara berkembang dengan pesat sebagai “Kota Bandar”, dan memiliki kekuasaan sampai di Bangka.
II. ERA KERAJAAN DEMAK
(Tahun 1478 s/d 1546)

Dalam era ini Raden Patah putra Raden Browijoyo V yang berada di Galagah Wangi yang kemudian bernama Demak Bintoro, sebagai pusat pengembangan agama Islam dengan kejadian perebutan kekuasaan oleh Prabu Girinwardhana (Prabu Browijoyo VI) di Majapahit dengan dukungan para wali mendirikan Kerajaan Demak pada masa era kerajaan Demak pimpinan pemerintahan Jepara tercatat sebagai berikut :

  1. Aryo Timur
    Memerintah sejak tahun 1470 s/d 1507 dibawah kerajaan Demak.
  2. Pati Unus
    Putra Aryo Timur yang memerintah sejak tahun 1507 s/d 1513. dalam masa pemerintahan, peristiwa heroic yang sangat terkenal yaitu ekspedisi armada lautnya menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1512/1513.
  3. (Ipar falatehan)
    Mulai berkuasa pada tahun 1521 setelah Pati Unus sebagai Raja Jepara wafat, beliau memperistri adik dari Pati Unus. Dalam pemerintahan beliau merebut Banten dan Sunda Kelapa termasuk mengusir serangan Portugis tahun 1527 di Sunda Kelapa.
  4. Pangeran Hadiri
    Memerintah sejak tahun 1536 s/d 1549 memperistri anak ketiga dari Sultan Trenggono bernama Retno Kencono dalam tampuk pemerintahan, berkedudukan di desa Kalinyamat Jepara sehingga sering di sebut Adipati Kalinyamat.
III. ERA KERAJAAN JEPARA
(Tahun 1549 s/d 1599)

Masa ini merupakan masa keributan dan geger perebutan tahta Demak yang dimulai oleh Adipati Aryo Penangsang dari Jipang Panolang yang pelaksanakan pembunuhan terhadap Sunan Prawoto yang sekaligus sebagai upaya balas dendam atas kematian ayahnya yang dibunuh oleh Sunan Prawoto dengan jelas ambisi Adipati Aryo Penangsang untuk menjadi penguasa Kesultanan Demak, yang berhasil membunuh Pangeran Hadiri dari Kalinyamat Jepara dengan tewasnya Adipati Aryo Penangsang tahun 1549 oleh Adipati Pajang.

Kejadian berikutnya adalah munculnya Retno Kencono sebagai Ratu Jepara bergelar “RATU KALINYAMAT”. Beliau adalah adik langsung daru Sunan Prawoto, sehingga dapat dikatakan sebagai penerus sah Kerajaan Demak yang didukung oleh para ulama dan kerabat kerajaan. Penguasa dalam era kerajaan Jepara adalah sebagai berikut

  1. Ratu Kalinyamat
    Berkuasa tahun 1549 s/d 1579 dinobatkan sebagai Ratu Jepara tahun 1549 sebagai penerus tahta Demak sangat berkuasa di seluruh pesisir pulau Jawa. Peristiwa heroik yang sangat terkenal ekspedisi militer I tahun 1551 ke Malaka, Portugis bersama kerajaan Johor mendirikan masjid Mantingan tahun 1559. berjasa dalam mengembangkan seni ukir yang sangat terkenal saat ini dengan bantuan Patih Badar Duwung. Melaksanakan ekspedisi militer II tahun 1574 ke Malaka Portugis bersama kerajaan Aceh yang diperintah Sultan Husein, wafat tahun 1579 tanpa meningglkan keturunan dan dimakamkan didesa Mantingan Jepara.
  2. Pangeran Jepara
    Berkuasa sejak tahun 1579 s/d 1599, menggantikan kedudukan Ratu Kalinyamat sebagai Raja Jepara berasal dari Banten putra hasanuddin yang diangkat anak oleh Ratu Kalinyamat.
IV. ERA KERAJAAN MATARAM
(Tahun 1600 s/d 1742)

Penguasa pemerintah Jepara pada masa era Kerajaan Mataram dapat disusun sebagai berikut :

  1. Kyai Demang Laksamana
    Menjadi penguasa pesisir/ Gubernur Jepara pada tahun 1616 berasal dari Negeri Gujarat dengan nama Koja Hulubalang. Memiliki jasa pada Sultan Agung dalam perluasan wilayah.
  2. Kyai Wirasetia
    Sebagai penguasa pesisir setingkat Gubernur. Pada tahun 1648 semua biaya pajak kapal berada di Jepara.
  3. Kyai Patra Manggala
    Diangkat oleh Sunan Amangkurat I menggantikan Kyai Wirasetia awal tahun 1651. pada tahun 1651 ini VOC mendirikan loji I di Jepara dengan Residen I Dirck Schouten.
  4. Ngabei Martonata
    Diangkat sebagai salah satu dari empat penguasa pesisir (Jepara, Demak,
    Semarang dan Pati) oleh Mataram. Penguasa ini sangat terkenal anti VOC, bertentangan dengan Tumenggung Pati Kyai Suto yang pro VOC.
  5. Ngabei Wongsosdipo (Tanu Manggala)
    Memperoleh masa jabatan II pada tahun 1668. pada tahun 1669 ditarik kembali ke Mataram.
  6. Kyai Rekso Manggala
    Menjabat menggantikan Wongsosdipo tahun 1664 diberhentikan karena kesulitan keuangan.
  7. Kyai Wiradika
    Diangkat tanggal 11 Februari 1666. pada tanggal 15 Oktober 1667 dibebas tugaskan karena dianggap kurang berandil, mendorong memberi hadiah lebih banyak kSunan Amangkurat I.
  8. Ngabei Wansadipa (Tanu Manggala)
    Memperolehmasa jabatan kedua kalinya pada tahun 1668 pada bulan Mei 1669 ditarik kembali ke Mataram.
  9. Ngabei Waradika
    Diangkat kembali bulan Juli 1669. pada masa pemerintahannya menekan Residen Kompeni di Jepara dan akhirnya Residen ini pindah ke Juwana.
  10. Wira Atmaka
    Diangkat pada bulan Februari 1670 menggantikan Wiradikara sebelumnya berfungsi sebgai Syah Bandar Jepara. Dalam pemerintahannya, Wira Atmaka bersama anak-anaknya melakukan kegiatan yang menekan VOC dan para pedagang.
  11. Kyai Ngabei Wangsadipa
    Diangkat Sunan Amangkurat I sebagai penguasa Jepara menggantikan Wira Atmaka pada tahun 1675 atau awal 1676.
  12. Tumenggung Martapura
    Diangkat pada masa akhir geger keratin Mataram pada tahun 1677. penguasa ini yang terkait dalam aliansi Mataram dan VOC pada tahun 1678 terlibat peperangan dengan Tumenggung Martalaya yang anti VOC dan pada pertempuran ini keduanya tewas.
  13. Tumenggung Sudjanapura
    Diangkat oleh Sunan Amangkurat II pada tahun 1678 sebagai pengganti ayahnya Tumenggung Martapura yang mat setia pada Sunan dan terbunuh melawan Tumenggung Martalaya.
  14. Adipati Citro Sumo I
    Diangkat sebagai Bupati pada Era Paku Buono I tahun 1705, pemerintahan berkedudukan di desa Bonjot.
  15. Adipati Citro Sumo II
    Diangkat menggantikan ayahnya tahun1735 pada masa Paku Buono II, beliau meninggal pada tahun 1738.
  16. Adipati Citro Sumo III
    Menggantikan kakaknya, diangkat tahun 1738. pusat pemerintahan dipindah ke Jepara. Akibat perjanjian Paku Buono II dengan VOC, sejak tahun 1742 Jepara menjadi milik VOC.
V. ERA KOMPENI DAN HINDIA BELANDA
(Tahun 1742 s/d 1942)

Pada saat kedatangan Gubernur Jendar VOC I Pieter Both pada tanggal 22 September 1613 di Tluk Jepara dan atas izin penguasa Jepara serta restu raja Mataram, Belanda memperoleh persetujuan membangun sebuah kantor dagang di Jepara. Antara Sunan Amangkurat II dan Truna Jaya menghasilkan suatu perjanjian antara VOC dengan Mataram. Dengan perjanjian ini VOC mendirikan Benteng di Jepara, guna kepentingan ketahanan di Jepara.

Penguasa pemerintahan Jepara pada era Kompeni/Hindia Belanda sebagai berikut :

  1. Adipati Citro Sumo III
    Meneruskan masa pemerintahannya sebagai penguasa tertinggi zaman Gubernur Jendral Van Hokendrof dan Nicoles Hatingh.
  2. Adipati Citro Sumo IV
    Diangkat tahun 1760 oleh VOC, mempunyai tali kerabat dengan Mangkunegara I, meninggal karena sakit tahun 1764.
  3. Adipati Citro Sumo V
    Diangakat menggantikan Citro Sumo IV, pada masa pemerintahannya terjadi banyak peristiwa antara lain bangkrutnya VOC tahun 1799.
  4. Adipati Citro Sumo VI
    Masa pemerintahannya yang pertama tahun 1810 s/d 1825. memiliki hubungan kerabat dengan Paku Buono V
    Surakarta. Pada tahun 1825 dipindah ke Tuban sebagai Bupati tuban.
  5. Tumenggung Cendol
    Diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pejabat Bupati tahun 1825 saat mulai berkobarnya perang Jawa yang mulai tanggal 20 Juli 1825 di Tegal Rejo dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
  6. Adipati Citro Sumo VI
    Kembali dari Tuban tahun 1828 saat mulai meredanya perang Diponegoro, kembali memangku jabatan Bupati Jepara untuk kedua kalinya.
  7. Adipati Citro Sumo VII
    Diangkat sebagai Bupati tahun 1837 menggantikan Citro Sumo VI.
  8. Raden Tumenggung Citro Wikromo
    Diangkat menggantikan iparnya Citri Sumo VII pada tanggal 18 Desember 1857.
  9. K.R.M.A.A. Sosroningrat
    Diangkat sebagai Bupati tahun 188, sebelumnya weono Mayong sangat dikenal sebagi ayah RA Kartini yang menjadi Pahlawan Nasional.
  10. R.M.A.A. Kusoemo Oetaya
    Diangkat sebagai Bupati tahun 1905. masa pemerintahannya bersamaan dengan munculnya pergerakan nasional yang menandai kebangkitan Bangsa Indonesia dari panjajahan Belanda.
  11. Soekahar
    Diangkat tahun 1927. Masa pemerintahan Bupati ini berakhir bersamaan dengan jatuhnya Hindia Belanda ketangan Militer bulan Maret 1942, yaitu beberapa waktu setelah tentara Jepang berada di Jepara.
VI. ERA PEMERINTAHAN MILITER JEPANG
(Tahun 1942 S/D 1945)

Adapun masa jabatan Bupati di Jepara pada masa itu hanya seorang, yaitu :

  1. R.A.A. Soemitro Koesoemo Oetaya
    Diangkat oleh pemerintahan militer Jepang tahun 1942.
VII. ERA REPUBLIK INDONESIA

Arus balik perang Asia Timur Raya mencapai puncaknya ketika Jepang bertekuk lutut pada sekutu tanggal 14 Agustus 1945 dan tiga hari kemudian tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan di Indonesia diproklamirkan oleh Soekarno. Adapun Bupati Jepara sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang yaitu sebagai berikut :

  1. R.A.A Soemitro Koesoemo Oetaya
    Tetap meneruskan jabatannya sebagai Bupati setelah diangkat Jepang tahun 1942. berpihak pada Republik pada masa pemberontakan PKI muso pada bulan September 1948.
  2. Raden Soyoto Sastro Wardoyo
    Diangkat pemerintah Republik
    Indonesia tahun 1950 sebagai Bupati pertama setelah penyerahan kedaulatan. Masa pemerintahannya ditandai dengan perubahan bentuk Negara RIS menjadi RI bulan Agustus 1950 dengan sisten Parlemeter.
  3. Raden Soetarjo
    Diangkat tahun 1954, masa jabatannya ditandai dengan Pemilu pertama di
    Indonesia tahun 1955.
  4. H. Sahlan Ridwan
    Diangkat Bupati tahun 1957 menggantikan Raden Soetarjo. Mengalami masa peralihan kembali ke UUD 1945 dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan berasal dari kalangan politisi.
  5. Raden Soenarto
    Diangkat pada tahun 1961. mengalami masa kemunduran ekonomi khususnya pada masa Demokrasi Terpimpin dan Nasakom serta prolog pemberontakan G.30.S/PKI. Berasal dari kalangan Pamong Praja.
  6. H. Zubaidi Ali
    Menjabat sebagai YMT Bupati Kepala Daerah. Berasal dari kalangan politisi.
  7. Moehadi, S.H
    Diangkat sebagai Bupati Kepala Daerah Definitifyang pertama tahun 1967. Berasal dari Korps Kehakiman.
  8. Soewarno Djojo Mardowo, S.H
  9. Menjabat sebagai Bupati pada tahun 1973. Berhasil memperoleh “Para Samya Purna Karya” sebagai penghargaan pemerintah RI kepada Kabupaten Jepara yang telah berhasil dalam pembangunan Pelita I tahun 1973. Berasal dari Korps Kehakiman.
  10. Sodikto, S.H
    Menjabat sebagai Bupati Kepala Daerah tahun 1976, berhasil membangun RSU RA Kartini dan museum RA Kartini, berasal dari Korps Kejaksaan.
  11. Hisom Prasetyo, S.H
    Diangakat sebagai Bupati Kepala daerah tahun 1981. Beerusaha menggalakkan ekspor non migas, memantapkan pembangunan sarana transportasi antar kecamatan dan desa potensial secara ekonomi. Berhasil dalam penuntasan Program Bebas Buta yang diproklamirkan tanggal 28 November 1988 oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Tengah. Berasal dari Korps Kejaksaan.
  12. Drs. Bambang Poerwadi
    Menjabat sebagai Bupati Kepala Daerah pada tahun 1991. Berhasil memperoleh “Duaja Samir” sebagai penghargaan dari Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Tengah. Memacu mengembangkan pariwisata di Karimun Jawa yang telah ditetapkan sebgai “
    Taman Nasional Laut”. Berasal dari Korps Pamong Praja.
  13. Drs. H. Soeyono, M.Si
    Menjabat sebagai Bupati Kepala Daerah tanggal 11 September 1996 s/d 9 Maret 199. Beliau adalah Pejabat Pembantu Gubernur untuk wilayah Karisedenan Pati.
  14. Drs. H.Soenarto
    Diangkat sebagai Bupati Kepala Daerah pada tanggal 10 Mei1997 s/d 16 Maret 2001. Menggalakkan ekspor non migas industri mebel Jepara mengalami masa keemasannya. Masa jabatannya ditandai dengan Era Orde Baru, berasal dari kalangan Pamong Praja.
  15. Drs. H. Hendro Martojo, MM dan Wakil Bupati H. Ali Irfan mukhtar, BA
    Diangkat sebagai Bupati tanggal 18 Maret 2001 sampai Pebruari 2007. Mengalami masa peralihan dari Era Orde Baru ke Era Reformasi. Memantapkan dan Meningkatkan ekspor non migas baik di sector pertanian dan perikanan, sector industri dan kerajinan dan lebih khusus lagi di bidang kepariwisataan, sedang giat dalam usaha penataan
    kota serta sarana prasarana masyarakat. Memacu mengembang tumbuhkan kepariwisataan baik sarana dan prasarana pengadaan transportasi laut, kapal cepat Jepara Karimunjawa. Mengembangkan sentra-sentra industri dan kerajinan rakyat serta pasar seni. Profil pejabat yang dekat dengan rakyatnya, berasal dari Korps Pamong Praja sedangkan Wakil Bupati dari kalangan Politisi.
  16. Drs. H. Hendro Martojo, MM dan Wakil Bupati H. Ahmad Marzuki,SE

BISNIS DIJEPARA


Keberadaan mebel Jepara, tak diragukan lagi. Keindahan motif dan keluwesan desain yang menempel pada berbagai perabot, menjadikan produk mebel ini dicari orang. Di mana pun keberadaannya. Mebel Jepara selalu menempati ruang tersendiri bagi para peminat mebel.


Pilihan orang dalam memilih mebel adalah mengenai kualitas, harga bersaing dan model yang unik. Bisnis mebel yang harus diperhatikan adalah dalam masalah proses pengerjaan.


Terkadang dalam memesan mebel, orang membawa desain sendiri. Dan hal ini akan dikenakan biaya tambahan. Selain itu, mebel yang ada di Kalbar juga harus mengirim gambar yang diminta oleh pemesan itu ke Jepara. Waktu untuk menunggu hingga pesanan itu bisa disanggupi atau tidak sekitar satu bulan.

Pembeli mebel jati tidak bisa dipastikan berapa laku dalam sebulan. Terkadang dalam sehari bisa laku satu set mebel yang mahal, namun dilain waktu mebel yang ada juga akan mengkir dan tak terbeli. Karena itu, dari segi pendapatan tak tentu.

Masing-masing tenaga kerja dalam proses produksi mebel terpisah orangnya. Ada yang khusus mengamplas, mengukir, menyetel, memberi jok, dan finishing. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar mutu dan kualitas mebel tetap baik.

Mekar Jepara mempunyai delapan orang pekerja. Mereka dibayar secara harian. Jadi kalau tidak ada kerjaan ya mereka diam saja di toko. Namun, Jepara Mekar mempunyai 50-60 karyawan di Jepara. Untuk menjaga kelangsungan hidup para karyawan agar tidak terus bekerja, mau tidak mau harus dipikir bagaimana mereka mendapatkan pekerjaan secara berkesinambungan.

Cara, pemilik tidak bertahan terus pada harga yang mereka patok. Dengan mendapatkan untung seadanya, mereka berharap seluruh karyawan yang ada terus bekerja. Bisnis mebel memang lagi pada jeblok, sehingga tidak bisa mematk harga tinggi pada konsumen yang datang. Kalau pihak pengusaha inginnya sistem kerja dalah borongan, sehingga mereka tidak repot dalam mengurus berbagai macam hal.

Bisnis mebel adalah bisnis kebutuhan tersier, jadi sifatnya tidak rutin. Dan hanya laku pada saat tertentu saja. Kaena itu butuh kesabaran untuk menjalankan bisnis ini. Mebel hanya laku pada saat tertentu saja seperti menjelang lebaran, natal dan tahun baru, serta Imlek. Biasanya yang laku pada saat itu adalah lemari sudut, kursi dan meja tamu, dan meja prasmanan.

Sebaliknya, pada bulan April, Mei dan Juni, orang biasanya tidak membeli apapun untuk kebtuhan mebel. Tidak itu saja, bisnis lain juga mengalami lesu pada bulan-bulan ini. Apa sebabnya?

“Mereka ibaratnya menabung dulu, setelah mereka berlebara, natalan atau Imlek,” kata Dahria.

Nah, pada bulan haji, orang biasanya akan banyak membeli perlengkapan untuk satu set kamar tidur, seperti tempat tidur beserta meja rias, dan lemari. Pada bulan ini, biasanya orang melaksanakan pernikahan.

Mengenai model dan desain yang disukai, masing-masing masyarakat mempunyai karakteristik tersendiri. Bukan bermaksud menonjolkan atau mengutak-atik masalah etins, selera sebuah etnis bisa dikelompokkan dalam beberapa kategori.

Bila yang datang ke tempat mebel itu seorang beretnis Tionghoa, maka dia akan menyukai motif dengan ukiran burung, naga, atau huruf kanji. Orang Melayu lebih suka dengan mebel yang seluruhnya berupa ukiran. Mereka tidak mau bila mebel itu ada unsur bernyawa. Hal ini menyangkut sebuah keperayacaan, bahwa menyimpan gambar atau patung mahlug bernyawa kurang mendatangkan keberuntungan. Orang Dayak fleksibel dalam memilih mebel. Mereka akan memilih jenis mebel yang ada di hadapan mereka. Bila itu dianggap bagus dan suka dengan bentuknya, maka mereka segera membelinya.

Kendala utama dalam bisnis mebel di Kalbar adalah masalah pengiriman barang. Sering terjadi, barang yang sudah dicek dan masuk ke kapal, begitu sampai di tempat tujuan, tiba-tiba barang itu menjadi raib.

Nah lho?

kampus yang ada di jepara


stienu adalah salah satu kampus yang ada dijepara.STIENU (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama) JEPARA adalah Sekolah Tinggi yang berasakan Pancasila dan beraqidah Islam Ahlussunah Wal Jama'ah dengan Mendasarkan fahamnya kepada salah satu empat madzab yaitu Hanafi,Maliki,Syafi'i dan Hambali

Sedangkan Tujuan dari STIENU Jepara itu sendiri adalah untuk MEnghasilkan Lulusan-lulusan yang mempunyai kemampuan akademik dan profesional yang berkualitas, mampu menerapkan ,mengembangkan dan menciptakan Ilmu Ekonomi dengan Berpegang Teguh kepada nilai - nilai Islam Ahlussunah Wal Jama'ah.Serta dapat Menumbuhkan dan Mengembangkan Ilmu Ekonomi yang sesuai dengan Perkembangan dan Kebutuhan Masyarakat.Menyerapkan dan Menyebarluaskan Ilmu Ekonomi dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.

traveling jepara

Jepara Paradise

Jepara to become the tourist destination of Jawa, located at the shore of North Jawa, with it’s famous white sand beaches, blue sea, hotels and restaurants, historical monuments, national parks, furniture and souvenir shopping, clean city are the proud of Jepara.

The city of Jepara, worldwide known in the furniture business, since some foreigners started to export it’s unique carved furniture products about 25 years ago, currently accomodates a 3,000 expats, employed in the furniture- and other business.

The best swimming beach in Jepara is the crowded visited Bandengan Bay Beach, with clear waters, clean wide beach, and powdered sugar sand, perfect for sunbathing.

There are many other bays around Jepara, most of them still in original state, where you may only see your own footprints during a walk.

Local fishermen celebrating Ketupatan, a traditional celebration for safety on the water.

kebudayaan jepara

Oleh Jamal D. Rahman

Ontologi kebudayaan mengandaikan adanya tiga lapis kebudayaan, yaitu ideofakt, sosiofakt, dan artefakt. Ideofakt adalah ide dan nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat, yang kemudian dikonkretkan secara sosial menjadi perilaku, konvensi, dan tradisi sebagai sosiofakt, dan selanjutnya dimaterialisasikan dalam artefakt sebagai produk material kebudayaan. Sementara itu, ada 7 elemen kebudayaan yang masing-masing mengandung ideofakt, sosiofakt, dan artifakt tersebut. Yaitu, bahasa, religi, seni, pengetahuan, organisasi sosial, kekerabatan, dan ekonomi. Semuanya itu dapat digambarkan secara lebih jelas sebagai lingkaran konsentris, dimana ideofakt merupakan sisi terdalam dan artefakt merupakan sisi terluar. Artefakt inilah yang kemudian disebuat kebudayaan materi (material culture), sementara dasar-dasar teoritis dan prinsip-prinsip epistemologisnya disebut materialisme budaya (cultural materialism), yang kemudian menjadi paradigma untuk penelitian antropologi dan ilmu-ilmu terkait.

kerajinan ukir jepara

Industri Kerajinan Ukir Cetak E-mail
Industri mebel ukir yang saat ini berkembang menjadi industri furniture merupakan industri andalan kabupaten Jepara. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa industri mebel ukir merupakan pilar penyangga, atau bahkan nafas kehidupan bagi warga masyarakat Jepara. Indikator sederhana untuk melihat betapa berperannya sektor ini nampak pada penyerapan tenaga kerja pada tahun 2001 tercatat sebayak 85.250 tenaga kerja yang terserap pada mebel. Ini belum termasuk penyerapan sektor lain yang yang bergantung pada industri mebel. Jumlah unit usaha yang terdaftar mencapai 3.593 buah dan sekitar 15.000 kegiatan home Industry dengan basis mebel ukir yang kemudian berkembang pada berbagai jenis industri kayu olahan. Ekspor dari hasil mebel dan furniture dari Jepara ini telah merambah 71 negara tujuan di 5 benua dengan nilai ekspor sebesar Rp. 2,4 trilyun pada tahun 2001.

Walaupun sumbangan yang diberikan sektor ini pada PAD relasi kecil, yaitu sekitar Rp. 250 juta pada tahun 2001 lalu, namun kontribusi sektor ini pada total PDRB Jepara sangat besar. Bahkan dalam lima tahun ini telah terjadi penggeseran share PDRB yang semula didominasi oleh sektor pertanian, kini telah berubah dengan peran industri kecil dan pengolahan yang lebih dominan dengan memberikan share sebesar 32 %.

Dengan kata lain perkembangan sektor meubel memang kurang memberikan kontribusi yang berarti terhadap income daerah. Namun penyebaran sentra industri yang cukup pesat tersebut berpengaruh terhadap pembangunan sarana dan prasarana fisik. Pengaspalan jalan di desa, pembangunan tempat ibadah serta lembaga lembaga pendidikan yang dibangun secara swadaya merupakan bukti nyata dari peringkatan ekonomi masyarakat.

Swadaya masyarakat dalam pembangunan juga terus meningkat. Semua jalan desa yang panjangnya mencapai 963.695 km kini sudah beraspal. Hal ini sekaligus memperlancar arus distribusi barang dan jasa, termasuk bahan baku serta produk industri yang yang menyebar keseluruh kabupaten. Pembangunan tempat tempat ibadah yang tersebar keseluruh desa dan tingginya jamaah haji dari setiap musim haji juga dapat menjadi indicator masyarakat Jepara dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Banyaknya kandaraan yang ada di Jepara juga dapat dijadikan indikator sederhana dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada 2001 tercatat kendaraan wajib uji yang terdiri dari bus, truk, dan mini bus sejumlah 7.616 buah. Ini belum termasuk kendaraan masyarakat Jepara yang dibeli dari luar daerah, tetapi tidak dibalik nama , dan jumlahnya diperkirakan mencapai 2000 buah untuk roda dua dan 700 untuk roda empat.

Walaupun mebel mampu menggerakkan dinamika perekonomi masyarakat, namun secara langsung keberhasilan sektor ini tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Kondisi ini terjadi, sebab yang dipungut dari aktifitas usaha ini hanya berupa ijin tempat usaha (ITU)/ surat keterangan tempat usaha serta ijin HO. Pada tahun anggaran 1997/1998, jumlah yang berhasil dipungut dari sektor mebel hanya Rp. 150,5 juta dan menigkat menjadi Rp. 420 juta pada tahun anggaran 2002. jumlah ini tentunya sangat kecil bila dibandingkan dengan total APBD Kabupaten Jepara yang pada tahun 2002jumlahnya mencapai Rp. 301,7 miliar lebih.